Sabtu, 17 November 2012

I Hate April Mop, dia mencuri cinta pertamaku





Aku bertemu dengannya sekitar lima tahun yang lalu, tidak pernah berpikir bahwa aku akan benar-benar menyukainya dan tak pernah berpikir bahwa dia akan benar-benar membuatku terluka. Hari itu, aku melihatnya pertama kali. Sepulang sekolah, dia dengan seragam SMU-nya duduk bergerombol dengan teman-temannya di taman dekat sekolahku, kala itu aku masih duduk di kelas 3 SMP. Mata kami beradu, layaknya dalam adegan sebuah film dia tersenyum begitu pula denganku. Dan hari itupun berakhir tanpa suatu hal yang berarti.
Beberapa hari kemudian, aku lupa tepatnya, beberapa teman perempuan sekelasku dihebohkan dengan kenalan baru mereka. Mereka tertawa-tawa membicarakan anak SMU itu, saat itu aku belum sadar kalau dia yang sedang mereka bicarakan. Hingga seorang teman menyodorkan sebuah nomor handphone didepannku. Aku mengerutkan kening, tak tau maksud dari temanku, tapi aku tetap mengambil nomor itu yang hanya aku tau adalah nomor handphone dari salah satu anak SMU. Sepulang sekolah, aku memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah SMS, dan tak pernah berharap dia akan membalasnya. Tapi dia merespon, dia membalas SMS-ku dan tidak terlalu susah untuk kami menjadi dekat.
Aku mulai sedikit berharap mungkin dia adalah soulmateku, akhirnya aku menemukannya sorakku dalam hati kala itu, setelah lima belas tahun dalam hidupku menjomblo (  status yang dianggap mengerikan bagi ABG sepertiku ) aku diberi kesempatan untuk bertemu dengannya. Dari hari kehari kamipun semakin dekat, dia semakin sering datang ketaman dekat sekolahku, tapi kami tak pernah saling menyapa, kami hanya saling melempar pandang dan tersenyum. Akhirnya sebuah tanya menggelayut dipundakku, apakah dia juga sudah mulai menyukaiku? Entahlah, mungkin ini hanya rasa GR-ku yang terlalu berlebihan dan aku menepis rasa itu jauh-jauh, takut terjatuh.
Aku mulai melambung tinggi ketika salah seorang teman memberi tahuku, bahwa dia sering menanyakanku, mulai dari kabar sampai status hubunganku. Siapa yang tidak senang kalau orang yang kita harapkan untuk menyukai kita ternyata menanyakan hal-hal tentang kita? Aku hanya tersipu, dan tak pernah mau mengaku bahwa aku sangat senang. Ya, aku senang sekali saat itu. Dan anganku melambung semakin tinggi.
Suatu malam, seperti biasanya kami saling mengirim SMS, hingga akhirnya kami sepakat untuk jalan. Jujur, saat itu aku senang bukan main, dadaku berdebar dan aku mulai tak bisa tidur. Wow, ini dia yang kutunggu-tunggu, akhirnya aku bisa merasakan jalan berdua dengan seseorang cowok yang bukan saudaraku. Bisa dikatakan ini first dateku, well aku menganggapnya seperti itu dan tak pernah tau dia menganggapnya seperti apa. Aku juga tak pernah tau ini akan menjadi yang pertama dan terakhir bagi kami. Hari itupun tiba, aku merasa sangat canggung, apa yang harus aku lakukan? Teori-teoriku yang selama ini aku sarankan untuk teman-temanku ternyata tak sedikitpun membantu, aku nampak seperti orang bodoh dan akhirnya inipun berakhir dengan kesan bodoh yang berhasil aku tancapkan dibenaknya. Well, aku sangat malu tiap kali mengingat peristiwa ini, lupakan. Berita cepat sekali menyebar, keesokan harinya seantero sekolah menanyakan kebenarannya dan aku hanya tersenyum tak mengiyakan ataupun menyanggah. Hatiku yang melambung tinggi, dihempaskan begitu saja ke bumi ketika seorang teman juga menceritakan pengalaman “ jalan barengnya “ bersama dia. Ternyata bukan hanya aku, tololnya aku yang berharap ada sesuatu hal yang special diantara kami. Perlu dicatat, ternyata dia ramah dengan semua gadis. Akhirnya aku memupus harapanku untuk cintanya.
Tanggal 1 April tiba, karena aku merasa kami sudah cukup dekat, dan dia akan memaklumi semua tindakan isengku, aku mengirimkan sebuah SMS dalam rangka April Mop, sebuah SMS pengakuan perasaan cintaku padanya dan tanpa disadari dia begitu merespon. Aku tertawa membaca tiap balasannya, membayangkan bagaimana terkejutnya dia saat itu dan tak pernah berpikir bahwa ini adalah awal dari keretakan hubungan kami. Disekolah, aku menceritakannya pada sahabat-sahabatku, berharap mereka juga akan ikut tertawa tapi yang terjadi sebaliknya mereka malah memarahiku habis-habisan. Akupun mulai merasa bersalah, ketakutan. Aku takut jika dia marah setelah aku mengakui semuanya seperti apa yang telah diprediksikan teman-temanku. Tapi aku harus berani mengakuinya, aku harus mempertanggungjawabkan apa yang telah aku perbuat. Apa yang kutakutkan terjadi, dia marah, sebenarnya dia tak pernah bilang bahwa dia marah, tapi aku tau dia marah, kecewa mungkin? Entahlah.
Dan semuanya menjadi awal dari “ penderitaanku “. SMS dari seorang kawannya yang berisi kemarahannya padaku. Hubungan kami yang tak berjalan seperti biasanya. Ketidak perduliannya atas diriku dan permintaan maafku. Membuatku semakin merasa bersalah. Ditambah dia tak pernah mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi meskipun aku berkali-kali memintanya untuk menjelaskannya. Dia tak pernah berkata apa yang membuatnya seperti ini, dia juga tak pernah berkata bahwa dia tak marah denganku, dan dia tak pernah berkata bahwa dia memaafkanku. Diamnya benar-benar menyakitiku.
Ini semua belum berakhir, tahun pelajaran barupun tiba. Aku bersekolah di tempat yang sama dimana ia bersekolah. Awal SMU-ku adalah hal terburuk bagiku, semua mata mencibir. Dan “ booommm” gosip kembali beredar, dikalangan kakak kelas namaku sudah sangat buruk. Tapi terserah, aku toh tak seperti apa yang mereka bicarakan. Semuanya memuncak ketika aku mendengar kabar bahwa dia telah berpacaran dengan musuhku, musuh bebuyutanku. Kenapa semuanya begitu kebetulan? Apa tak ada perempuan lain yang bisa dia pacari selain musuh bebuyutanku?
Setiap kami berpapasan dan mata kami beradu, seolah ada sebilah pisau yang menancap ke jantungku. Aku benar-benar merasa sakit, bercampur rasa penasaran. Apa yang sebenarnya membuatku harus menerima semua ini? Apa kesalahanku? Sampai sekarangpun dia tak pernah bicara, padahal aku sangat mengharapkan sebuah penjelasan darinya. Sampai saat inipun meskipun aku mengaku bahwa aku telah memaafkannya atas apa yang telah ia lakukan, namun tiap kali aku bertemu dengannya, jantung ini masih terasa nyeri luar biasa seperti ditikam sebilah pisau. Ya, aku manusia biasa. Ternyata rasa sakit ini masih tersisa walaupun telah lima tahun berlalu. 
Apapun yang sebenarnya terjadi pada saat itu, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah membuatku menjadi lebih dewasa. Terimakasih atas rasa cinta dan kebencian ini. Terimakasih telah mau mengisi salah satu halaman kisah cintaku. Dan aku tak akan pernah menyesal karena pernah mencintai dan pernah bertemu denganmu. Aku tak akan pernah menyesal karena berharap bahwa dirimu adalah soulmateku. Terimakasih untuk lolipop kehidupan yang telah kamu berikan untukku, rasa manis dan asamnya lebih berharga dari sekedar kisah cinta anak remaja kebanyakan. Karnamu aku belajar mencinta, karnamu aku belajar berdiri ketika terjatuh dan karnamu aku belajar untuk tersenyum kembali ketika menangis, dan aku akan selalu mengingatmu karena dirimu adalah halaman awal lembar kisah cintaku,my first love DP. Dan sejak saat itu aku membenci tanggal 1 April, karena telah mencuri cinta pertamaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar